aku masih berdiri disini
entah mulai kapan dan sampai kapan
termenung tak mendengar
tersudut tak terlihat
bola mata memandang jauh ke awan
hitam, pekat, biru, sendu
mereka mulai terisak
bersama sentuhan angin senja
terbitnya malam semakin meninggi
membumbung tinggi bersama anganku
terjerumus ke dalam ruangan
sepi ...
sendiri ...
ruangan itu mulai memaksaku
untuk tetap bersama
kemudian memperlihatkanku
beberapa memori suka duka
titik cahaya berjuta cerita
aku terpaku tak kuasa bergerak
pria itu tersipu malu
dengan sebuah gitar tua
berada pada genggamannya
jemari lentik mulai memetik
melodi anggun nan merdu
suara halus untuk gadis manis
tepat berada disampingnya
bergelayut manja tenggelam kedalam pelukan
entahlah...
yang kurasakan sangatlah nyaman
hanya berdaya meminta dan memohon
merengek pada sang Maha segalanya
"Perbanyaklah waktuku bersamanya Tuhan,.."
pipiku terasa hangat
jemariku tanpa aba-aba
menyentuh pipi kemudian menyeka
ujung pelupuk mata mulai tergenang
buliran-buliran jatuh bersama kenangan
"biasanya" hatiku menggumam
jemarinya yang menyentuh pipi ini
dan tidak akan membiarkan genangan air mengalir
diwajahku yang mulai memerah karena kemurkaan
kemarahan yang tak dapat diutarakan
tubuhku direngkuh digenggamnya erat
ku mencoba hidupkan mimpi
tetap saja tak kuasa untuk membangun kembali
Indah...
satu kata sesaat hanya berlalu
pergi terhempas
hilang tertelan waktu
kemudian kutersadar
tetap menunggu ketidakpastian
0 komentar:
Posting Komentar